blog ini di khususkan buat penambahan cakrawala berfikir kita tentang IPTEK. dan benar milik hendri. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

NATURALISME

CIRI-CIRI NATURALISME
1.      Alam (nature) merupakan satu-satunya sumber yang asli dan fundamental dari segala sesuatu yang ada. Tak bisa dipungkiri dalam paham ini dengan mengutamakan segala sesuatunya atas dasar alam. Sehingga setiap pemikirannya tergantung pada gejala-gejala alam.
2.     
penolakan akan eksistensi Allah sebagai sumber ilahi atau transenden yang menjadi sebab pertama dari segala sesuatu. Ajaran ini menyatakan bahwa hukum-hukum yang mengatur kegiatan dan perkembangan kehidupan baik yang bersifat rasional maupun irasional tidak pernah saling mencampuri. Ajaran ini pun menolak fakta atau kemungkinan intervensi ilahi atau transendental terhadap kehidupan manusia.
3.      Menggunakan teori empirisme didalam menelaah gejala alam.

PENGERTIAN NATURALISME
Naturalisme merupakan paham yang menganggap dunia empiris ini merupakan keseluruhan realita. Adanya alam tidak membutuhkan adanya bantuan dari luar. Semua kejadian di alam, tidak membutuhkan berada dalam satu siklus yang terus berjalan, hal inilah yang lebih mirip dengan pengertian deisme. Sehingga naturalisme ini tidak membutuhkan kehadiran pihak lain untuk memahami alam.
Secara umum istilah ini memuat pengertian dasar sebagai sikap pandang atau tindakan yang timbul didasarkan kepada hasrat dan naluri alamiah.  Yakni, suatu sikap pandang atau tindakan yang mengikat diri dengan setia kepada hal-hal yang bersifat natural maupun yang realistik.  Istilah naturalisme dalam pengertian ini lebih banyak terkait dengan situasi ruhani pada abad pencerahan atau abad ke-19, dimana penemuan-penemuan dibidang ilmu pengetahuan alam telah menyadarkan manusia akan arti pentingnya eksistensi alam semesta.
.
NATURALISME SEBAGAI ISTILAH KEFILSAFATAN
Naturalisme sebagai istilah kefilsafatan, pada dasarnya merupakan sikap pandang kefilsafatan monisme yang menganggap bahwa realitas atau alam semesta ini merupakan satu-satunya fakta yang ada.  Realitas atau alam semesta ini merupakan totalitas dari keberadaan benda-benda atau peristiwa yang bersifat alamiah.  Berjalannya alam sudah diatur sedemikian rupa, sehingga alam akan mengalir begitu saja sesuai dengan kodrat yang sudah ditetapkan. Sebagai istilah kefilsafatan ini, naturalisme dapat diungkapkan sebagai pandangan yang menolak suatu paham yang berpendirian tentang adanya benda-benda atau peristiwa di luar batas-batas penjelasan akal atau ilmiah. Jadi semuanya dapat dianalisa dengan menggunakan akal.

NATURALISME SEBAGAI ISTILAH TEKNIK-METODIS
Naturalisme sebagai istilah teknik-metodis, dianut oleh banyak filosof dalam beragam pandangan kefilsafatannya, baik ia berpandangan monisme, dualisme, idealisme, materialisme, Ateisme atau non-Ateisme. 
Dengan demikian, bahwa pengertian naturalisme dapat dibedakan kedalam pengertian filosofis dan pengertian historis.  Naturalisme sebagai pemikiran filosofis diduga telah ada sejak jaman kuno terutama sekali memperoleh pembahasan secara sistematis pada filososf-filosof kealaman Yunani.  Sedangkan sebagai fakta kesejarahan, naturalisme mencerminkan paham yang banyak dianut oleh para pemikir kefilsafatan atau teolog pada jaman pencerahan atau pada abad ke 18-19, terutama di Inggris.

RITUAL KEPERCAYAAN NATURALISME
Tidak bisa disangkal bahwa manusia pada awal kesejarahannya dalam masalah keyakinan sudah membentuk keyakinan tersendiri. Hal ini tidak lain karena manusia merasa mempunyai kelemahan yang tidak bisa ditutupi oleh kekuatan yang ada didalam dirinya. Yaitu kelemahan terhadap kejadian-kejadian alam yang dirasa berada diluar dirinya. Misalnya adanya petir, hujan, tanaman-tanaman, dll. Sehingga dengan segala keterbatasan tersebut, kemudian manusia berusaha untuk menutupinya dengan melakukan ritual-ritual untuk dengan harapan bisa menolongnya.
Praktek-praktek ritual yang bersifat kealaman seperti ini biasanya disebut dengan pemahaman naturalisme. Yaitu penyembahan kekuatan alam seperti matahari, bulan, dan bintang, api, gunung berapi, badai, dan hewan. Bentuk penyembahan seperti ini sudah lazim dalam agama orang-orang kuno, seperti halnya matahari yang diagungkan dalam agama Mesir kuno. Gagasan-gagasan naturistis ternyata juga muncul dalam agama-agama yang lebih "tinggi", seperti sapi suci oleh orang-orang Hindu di India atau gunung suci orang-orang Shinto Jepang. Memang tidak mudah untuk membuat perbedaan yang jelas antara kegiatan sihir yang disebut di atas dan naturisme. Namun demikian, dalam banyak kejadian, alamlah yang disembah. Biasanya, naturisme berkembang menjadi penyembahan berhala dan politeisme (penyembahan terhadap banyak dewa).
Banyak praktik naturistis berkaitan erat dengan kesuburan, baik dalam pertanian maupun reproduksi manusia. Penyembahan, ritual-ritual, dan korban-korban persembahan dimaksudkan untuk menjamin kesuburan. Tampaknya, korban manusia adalah bentuk ekstrem dari ritual ini, seperti yang muncul dalam ritual agama orang-orang Maya yang ditemukan di Meksiko sebelum masa penjajahan atau pada orang-orang Naga yang buas di bagian timur laut India dan Burma.

TOKOH-TOKOH NATURALISME
1.      Plato (427 – 347 SM)
Salah satu anasir dasar adalah perbedaan yang nyata antara gejala (fenomena) dan bentuk ideal (eidos), dimana plato berpandangan bahwa, disamping dunia fenomen yang kelihatan, terdapat suatu dunia lain, yang tidak kelihatan yakni dunia eidos. Dunia yang tidak kelihatan itu tercapai melalui pengertian (theoria). Apa arti eidos dan hubungannya dengan dunia fenomena bahwa memang terdapat bentuk-bentuk yang ideal untuk segala yang terdapat dibumi ini. Tetapi asalnya tidak lain daripada dari sumber segala yang ada, yakni yang tidak berubah dan kekal, yang sungguh-sungguh indah dan baik yakni budi Ilahi (nous), yang menciptakan eidos-eidos itu dan menyampaikan kepada kita sebagai pikiran. Sehingga dunia eidos merupakan contoh dan ideal bagi dunia fenomena.
2.      Aristoteles (384 – 322 SM).
Aristoteles menyatakan bahwa makhluk-makhluk hidup didunia ini terdiri atas dua prinsip:
a.       Prinsip formal, yakni bentuk atau hakekat adalah apa yang mewujudkan mkahluk hidup tertentu dan menentukan tujuannya.
b.      Prinsip material, yakni materi adalah apa yang merupakan dasar semua mahluk.
Sesudah mengetahui sesuatu hal menurut kedua prinsip intern itu pengetahuan tentang hal itu perlu dilengkapi dengan memandang dua prinsip lain, yang berada diluar hal itu sendiri, akan tetapi menentukan adanya juga. Prinsip ekstern yang pertama adalah sebab yang membuat, yakni sesuatu yang menggerakkan hal untuk mendapat bentuknya. Prinsip ekstern yang kedua adalah sebab yang merupakan tujuan, yakni sesuatu hal yang menarik hal kearah tertentu. Misalnya api adalah untuk membakar, jadi membakar merupakan prinsip final dari api. Ternyata pandangan tentang prisnip ekstern keuda ini diambil dari hidup manusia, dimana orang bertindak karena dipengaruhi oleh tujuan tertentu, pandangan ini diterapkan pada semau mahluk alam. Seperti semua mahluk manusia terdiri atas dua prinsip, yaitu materi dan bentuk.
Meteri adalah badan, karena badan material itu manusia harus mati, yang memberikan bentuk kepada materi adalah jiwa. Jiwa manusia mempunyai beberapa fungsi yaitu memberikan hidup vegetatif (seperti jiwa tumbuh-tumbuhan), lalu memberikan hidup sensitif (seperti jiwa binatang) akhirnya membentuk hidup intelektif. Oleh karena itu jiwa intelektif manusia mempunyai hubungan baik dengan dunia materi maupun dengan dunia rohani, maka Aristoteles membedakan antara bagian akal budi yang pasif dan bagian akal budi yang aktif. Bagian akal budi yang pasif berhubungan dengan materi, dan bagian akal budi yang yang aktif berhubungan dengan rohani. Bagian akal budi yang aktif itu adalah bersifat murni dan Illahi. Akal budi yang aktif menjalankan dua tugas. Tugas yang pertama adalah memandanf yang Illahi untuk mencari pengertian tentang mahluk-mahluk menurut bentuknya masing-masing. Tugas yang kedua dari akal budi manusia yang aktif adalah memberikan bimbingan kepada hidup praktis. Disini diperlukan sifat keberanian, keadilan dan kesederhanaan.
3.      William R. Dennes. (Filsuf Modern)
Beberapa pandangan :
a.       Kejadian dianggap sebagai ketegori pokok, bahwa kejadian merupakan hakekat terdalam dari kenyataan, artinya apapun yang bersifat nyata pasti termasuk dalam kategori alam.
b.      Yang nyata ada pasti bereksistensi, sesuatu yang dianggap terdapat diluar ruang dan waktu tidak mungkin merupakan kenyataan dan apapun yang dianggap tidak mungkin ditangani dengan menggunakan metode-metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam tidak mungkin merupakan kenyataan.
c.       Analisa terhadap kejadian-kejadian, bahwa faktor-faktor penyusun seganap kejadian ialah proses, kualitas, dan relasi.
d.      Masalah hakekat terdalam merupakan masalah ilmu, bahwa segenap kejadian baik kerohanian, kepribadian, dan sebagainya dapat dilukiskan berdasarkan kategori-kategori proses, kualitas dan relasi.
e.       Pengetahuan ialah memahami kejadian-kejadian yang saling berhubungan, pemahaman suatu kejadian, atau bahkan kenyataan, manakala telah mengetahui kualitasnya, seginya, susunanya, satuan penyusunnya, sebabnya, serta akibat-akibatnya.
Yang menjadi ukuran baik atau buruk adalah :”apakah sesuai dengan keadaan alam”, apabila alami maka itu dikatakan baik, sedangkan apabila tidak alami dipandang buruk. Jean Jack Rousseau mengemukakan bahwa kemajuan, pengetahuan dan kebudayaan adalah menjadi perusak alam semesta.


DAFTAR PUSTAKA
Bertens. K. Filsuf-Filsuf Besar Tentang Manusia. Yogyakarta, Kanisius. 1988.
Hanurawan, Dr. Fattah. Pengantar Filsafat Manusia (Sebuah Bunga Rampai). Tri Umvirat Psikologikal Edition.
Mario De Caro and David Macarthur (eds) Naturalism in Question. Cambridge, Mass: Harvard University Press, 2004.
Soedarmo, Pdt. R., Dr. Kamus Istilah Theologia. Jakarta : BPK Gunung Mulia. 1988.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

my lovely